Hijab for Sisters

Membaca Buku Tanpa Book Shaming

Membaca buku tanpa book shaming

Tanpa kita sadari, dalam urusan membaca buku kita mungkin pernah melakukan book shaming atau menjadi korbannya.

Hm, apa itu book shaming? Tentang body shaming sih udah sering denger, tapi kalau book shaming baru kali ini, deh.

Oke. Kali ini kita kenalan dengan book shaming dan dampaknya, ya. Jangan lupa, cek juga apakah kita pernah (atau malah sering) melakukan book shaming.

Book Shaming adalah

Book shaming adalah tindakan mengejek seseorang karena pilihan buku yang dibacanya. Tindakan ini sering berupa perkataan atau komentar, tetapi bisa juga berupa sikap merendahkan atau lirikan mata yang meremehkan seseorang karena orang tersebut membaca buku yang berbeda.

Blog Ada Resensi ini sesuai nama, ada resensi(nya) tapi nggak selalu ada. Hehe.... Belakangan malah lebih sering menulis tentang salah satu cabang literasi, yaitu literasi membaca, khususnya membaca buku.

Nahhh, dalam beberapa artikel, ada yang komen seperti ini:

  • Aku tuh suka baca buku, tapi cuma komik.
  • Minat bacaku mentok di novel. Hiks. Aku coba baca nonfiksi, deh

Kalau di blog sih kebanyakan sih berkomentar dari sisi pembaca yang tidak pede dengan buku bacaannya.

Di berbagai platform dunia maya dan di kehidupan nyata Ada Resensi juga sering menemukan komentar senada. Baik komentar yang meremehkan pilihan buku yang dibaca oleh orang lain maupun yang tidak pede dengan buku bacaan favoritnya.

Komentar yang merupakan book shaming misalnya begini:

  • Anakku kalau baca buku tuh komiiik terus. Kapan pinternya?
  • Baca buku kok novel Tere Liye dan Fiersa Besari. Baca buku tuh yang berkualitas seperti karya Pramoedya Ananta Toer atau Sapardi Djoko Damono.
  • Udah kuliah kok sukanya baca komik! Mau jadi apa nanti?
  • Baca teenliiiit terus! Baca kek buku self improvement!
  • Nggak level banget sih baca novel! Baca buku bisnis, dong!
  • Baca kok komik. Baca kitab-kitab hadis, dong.
  • Kamu kan belum bisa baca, ngapain minta buku cerita?
  • Kamu baca buku princess aja, nggak usah baca buku WHY. Jelek itu bukunya!

Duh, banyak banget deh kalau diteruskan. Kira-kira segitu aja udah cukup untuk bikin emosi jiwa atau belum? Hehe....

Sampai di sini, kira-kira Teman-teman lebih sering menjadi korban book shaming atau sebaliknya, sering meremehkan orang lain karena buku yang mereka baca?


Kenapa Melakukan Book Shaming?

Membaca buku
Menghargai perbedaan dalam memilih buku yang dibaca.

Karena semua hal pasti ada penyebabnya, coba kita lihat apa saja kemungkinan penyebab seseorang melakukan book shaming.

1. Egosentris

Orang yang seperti ini menganggap segala sesuatu berpusat pada dirinya. Segala sesuatu dipandang dari sudut pandangnya sendiri.

Dalam anggapannya, dirinya adalah yang terbaik. Buku-buku bacaannya adalah yang paling keren. Selera bacanya adalah yang paling top markotop. Orang yang membaca buku lain berarti memiliki selera baca menyedihkan.

2. Tidak menerima perbedaan

Setiap orang memiliki tujuan membaca yang berbeda-beda. Oleh karena tujuannya berbeda, jenis buku yang dibaca pun kemungkinan besar akan berbeda.

Misalnya nih, Aleya membaca komik karena ingin refreshing dari kesibukannya sehari-hari. Adam yang sedang melakukan penelitian membaca buku dan jurnal ilmiah yang menunjang penelitiannya.

Tujuannya saja sudah beda. Jadi, wajar saja jika pilihan bukunya berbeda. Lebih lengkapnya bisa baca artikel Tujuan Membaca Buku yang Ada Resensi tulis beberapa waktu lalu.

3. Ketidaktahuan

Ketidaktahuan tentang jenis dan genre buku tertentu atau karya penulis tertentu, bisa membuat seseorang meremehkan buku yang dibaca orang lain.

Novel Tere Liye? Apaan sih? Paling isinya cuma cinta-cintaan gitu kan? Nggak level aku mah. Aku sukanya baca novel sejarah atau kritik sosial gitu.

Duuuuh!

Begitu juga dengan komik. Ketidaktahuan tentang komik membuat banyak orang meremehkan pembacanya sebagai kekanak-kanakan, tidak terpelajar, dan semacamnya.

Padahal, komik hanya media penyampaian. Isinya beragam. Dari komik humor, komik sains, komik bisnis, sampai komik filsafat dan komik politik.

Segmen pembaca yang dituju oleh komik pun beragam, dari yang untuk balita, semua umur, remaja, hingga untuk pembaca dewasa.


Dampak Book Shaming

Book shaming adalah
Merasakan kebahagiaan dari membaca buku.

Seperti halnya body shaming yang dapat menimbulkan dampak negatif pada korbannya, begitu juga dengan book shaming.

Ringannya mulut kita mencibir dan jari-jemari kita mengetik ejekan karena pilihan buku yang dibaca seseorang juga dapat berdampak negatif.

Berikut ini beberapa dampak book shaming:

  1. Menurunkan minat baca 
    Sekarang saja minat baca masyarakat Indonesia masih memprihatinkan. Jika yang baru mulai suka membaca malah dirisak, bisa-bisa ia malah jadi kehilangan minat untuk membaca buku.

  2. Membuat tidak percaya diri 
    Memang ada yang cueknya sudah level dewa. Mau dikatain apa juga, bodo amat. Namun, ada juga yang rasa percaya dirinya langsung ambyar ketika diejek karena membaca jenis buku yang berbeda.

  3. Menimbulkan perasaan tertekan 
    Membaca seharusnya menyenangkan, menumbuhkan perasaan puas dan bahagia. Namun, book shaming yang kerap diterima bisa membuatnya tidak nyaman lagi.

Ada perasaan malu, minder, takut untuk membaca buku kesukaannya. Takut dikata-katain lagi oleh orang lain.


Membaca Buku dengan Bahagia

Setelah mengetahui apa book shaming dan apa dampaknya, yuk kita sama-sama belajar menghargai orang lain yang memiliki selera baca berbeda dengan kita dan tidak melakukan book shaming. Buku yang berbeda bukan berarti tidak bergizi.

Buku yang bergizi adalah yang memberikan manfaat positif bagi pembacanya. Ada banyak manfaat membaca buku.

Orang yang kita remehkan karena mebaca novel populer, misalnya, bisa jadi merasakan lebih banyak manfaat daripada kita yang membaca buku bisnis.

Mungkin ia menjadi lebih bersemangat, menjadi lebih bahagia, dan terinspirasi untuik melakukan hal positif setelah membaca novel. Sementara kita? Ah, marilah bertanya pada diri sendiri saja.

Orang yang menemukan kebahagiaan dalam membaca akan berusaha membaca di mana pun, termasuk ketika traveling. Jika Teman-teman termasuk yang satu itu, yuk simak Tips Membaca Buku Saat Traveling.

15 komentar

  1. Saya untungnya belum pernah mengalami book shaming. Mungkin karena berada di lingkungan membaca yang sama, yang sukanya baca komik atau novel

    BalasHapus
  2. Saya pribadi tidak pernah peduli orang lain membaca buku apa. Karena beda orang beda kebutuhan bahan bacaan. So, membaca buku apapun saya enjoy saja. Alhamdulillah sampai hari ini saya juga tidak mengalami book shaming.

    BalasHapus
  3. Aku pernah mengalami hal serupa tapi nggak tau masuk ke book shaming apa enggak. Aku dulu beli novelnya Andrea Hirata yang judulnya Edensor. Bahasanya kan lumayan berat, apalagi untuk anak SMA. Ada yang bilang gini "Males ah bacanya, bahasanya berat banget sulit dipahami. Kok bisa kamu beli ini?" Agak gimana gitu ya semenjak kejadian itu. Kan novel punya ku sendiri bukan punya orang lain :(

    BalasHapus
  4. Wah ada ya mbak book shaming, baru tahu. Jangan-jangan saya pernah melakukannya secara tidak sadar ke anak ya. Duh.

    Dampak negatifnya ternyata ada juga. Semoga tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban dari book shaming

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah saya tidak pernah melakukan book shaming, Mbak. tapi kalau menerima book shaming sering. Misalnya, Mas Bambang kok masih baca majalah Bobo? hahaha. Padahal hidup ini pada dasarnya karena perbedaan. termasuk pilihan bacaan. Setiap orang bebas membaca sesuai seleranya.

    BalasHapus
  6. Baru dengar istilah itu juga, biasanya body shaming, ini book shaming. Tapi memang sih kak, kalau lagi seneng-senengnya baca, terus ada yang bilang "Dih, kamu kok suka buku itu" udah deh, itu mempengaruhi mood banget.

    BalasHapus
  7. Padahal tiap orang selera bacanya kan ya beda-beda, jadi kayak ngeledek orang yang seneng ma makanan tertentu 😁

    BalasHapus
  8. Iya, dulu sering dapat book shaming gara-gara suka baca komik. Padahal banyak pesan dan pengetahuan yang didapat dari komik juga

    BalasHapus
  9. Aku nggak pernah book shaming, yang ada korban book shaming. Sering banget diremehkan karena bacaannya yang berbeda percis seperti contoh di atas. Manfaat dan tujuan membaca buku berbeda. Padahal kegiatan membaca baik komik atau novel merupakan kegiatan literasi yang harus dijaga.

    BalasHapus
  10. Kirain per-shaming-an ini soal body aja, ternyata buku pun juga. Kok ya aneh gitu, cuma gara² baca satu judul atau genre malah diejek. Apa ini juga yang jadinya peringkat minat baca kita gak naik² ya?

    BalasHapus
  11. Book shaming ini bearti lebih kaya kita ngebully bacaan seseorang gitu ya? Bukan yang kita understimate ke bukunya langsung ya, kaya ih buku apaan sich ini, penulisnya ngga terkenal.

    BalasHapus
  12. Eh ga nyangka aku pernah loh menuduh org kyk gini. Udh gede kok baca komik sih. Emg apa manfaatnya deh. Ternyata aku udh book shaming ama org. Hahaha.

    Aku jd sadar skrg. Tiap org pny kebutuhan berbeda thd bacaan. Yg penting kan msh suka baca ya, meski cmn komik. Krn di situ jg bnyk ilmu sih sebenarnya.

    BalasHapus
  13. Ternyata bahaya juga yaa... yang namanya shamming shamming ini dalam bentuk apapun. Aku pikir book shaming itutuh hanya berdampak bagi sang bukunya yang dhinidarin orang, tapi ternyata sampai ke psikis pembacanya juga merasa rendah diri.

    Huhuhu.. pernahkah saya book shaming?
    Kayaknya mulai belajar menghargai apa yang suka atau gak disukai orang deh yaa.. gausa so soaan..

    BalasHapus
  14. Memang, semua orang punya selera baca yang berbeda dan itu hal yang oke banget. Mau itu komik, novel, atau buku serius, semua punya nilai dan manfaatnya masing-masing. Yuk, kita saling menghargai pilihan bacaan orang lain dan fokus pada kebahagiaan membaca, bukan cuma soal genre!

    BalasHapus

Mohon maaf, komentar dengan link hidup akan saya hapus. Thanks.