Hijab for Sisters

Pilih Membaca Buku Cetak atau Digital? Kenali Plus Minusnya


Membaca buku cetak atau buku digital

Semakin maraknya buku digital alias e-book membuat pembaca memiliki pilihan membaca buku cetak atau buku digital. 

Ada yang bertahan membaca buku cetak, ada yang merasa ketinggalan zaman kalau tidak membaca e-book. Bahkan, bayi pun sudah diperkenalkan dengan buku digital. 

Dalam artikel ini Ada Resensi akan mengajak Teman-teman lebih mengenal buku cetak dan buku digital, lengkap dengan plus minusnya. 

Sekilas Sejarah Buku

Mengutip dari KBBI Online, buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong; kitab.

Buku telah menempuh perjalanan panjang hingga sampai pada bentuknya hari ini.

Jauh sebelum kertas ditemukan, manusia telah membuat tulisan dan gambar di atas berbagai media yang ada di sekitar mereka. Misalnya di permukaan batu, tulang, bambu, kulit kayu, kulit sapi, dan kulit rusa.

Tahun 2400 SM, orang Mesir mulai menulis di papirus. Bentuknya berupa gulungan sepanjang bermeter-meter.

Tahun 105 M, barulah kertas ditemukan di Tiongkok. Penemunya adalah seorang pejabat istana bernama Tsai Lun (Cai Lun). Ia membuat kertas dari serat tanaman yang direndam, kemudian dikeringkan sehingga berbentuk lembaran yang dapat ditulisi.

Sejak penemuan itu, kualitas kertas terus diperbaiki. Berbagai serat tanaman dicoba untuk mendapatkan kertas berkualitas.

Kertas dari bahan rami sempat menjadi favorit, kemudian digantikan dengan kertas berbahan rotan. Namun, karena pertumbuhan pohon rotan cukup lama, akhirnya kertas dibuat dari serat bambu. Tidak seperti rotan, pohon bambu lebih cepat tumbuh sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan bahan baku kertas.

Selain dari serat bambu, kertas juga dibuat dari kulit pohon murbei, jerami, gandum, beras, batang kembang sepatu, rumput laut, dan lain-lain. Hasilnya, terciptalah kertas dengan berbagai corak, warna, dan tekstur. Kertas pun menjadi produk andalan Tiongkok.

Selama berabad-abad Tiongkok merahasiakan cara pembuatan kertas. Sampai akhirnya pada abad ke-8 teknik ini bocor ke orang-orang Arab. Kertas pun mulai diproduksi di Bahgdad, Irak, yang ketika itu berada di bawah pemerintahan Harun al-Rasyid.

Lima abad kemudian, barulah negara-negara di Eropa mulai memproduksi kertas. Produksi kertas ini semakin berkembang setelah Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1450. Pembuatan buku pun mengalami kemajuan pesat.

Lalu, bagaimana dengan buku digital?

Buku digital ternyata sudah ada sejak tahun 1971. Pencetusnya adalah Michael Hart. Namun, yang mendefinisikan buku digital atau e-book untuk pertama kalinya adalah Andries van Dam (1976).

Jadi, buku digital ada bukan baru-baru ini saja. Di Indonesia saja yang baru booming beberapa tahun belakangan ini.

Sekarang, lebih baik membaca buku dalam bentuk cetak atau digital? Yuk, kita lihat satu per satu.


Buku Cetak

Membaca buku cetak
Ada sensasi tersendiri ketika membaca buku cetak.

Mengapa orang memilih buku cetak? Tentu tak cuma satu alasan yang membuat orang tetap memilih buku cetak dan bukan buku digital.

Banyak pembaca buku yang tak bisa berpaling dari buku cetak. Tidak hanya generasi baby boomers dan generasi X, lho. Gen Z juga masih banyak yang lebih mencintai buku cetak. Aroma bukunya ituuu ... candu banget!

Apakah buku cetak lebih baik daripada ebook? Yuk, kita lihat dulu keunggulan dan kekurangan buku cetak.

Keunggulan Buku Cetak

Buku cetak yang terbentuk atas sekumpulan kertas memiliki keunggulan sebagai berikut:

  1. Lebih nyaman di mata dan tidak membuat mata cepat lelah.
  2. Dapat langsung dibaca tanpa gawai atau perangkat elektronik lainnya.
  3. Dapat disentuh lembar demi lembar dan dihirup aroma khas bukunya.
  4. Dapat menjadi pajangan yang mengesankan di rumah atau kantor.
  5. Dapat menjadi properti foto.
  6. Dapat digunakan untuk menstimulasi motorik halus anak.
  7. Dapat ditandatangani oleh penulis khusus untuk pembacanya.
  8. Pemilik buku dapat menandatangani buku miliknya.
  9. Pemilik buku dapat membuat catatan kecil di buku ketika sedang membacanya.

Kekurangan Buku Cetak

Meskipun memiliki banyak keunggulan, buku cetak juga memiliki kekurangan, yaitu:

  1. Butuh ruang penyimpanan yang cukup memakan tempat.
  2. Berat. Meskipun bukunya tipis-tipis, tetapi kalau ada dalam jumlah banyak pastinya akan berat juga.
  3. Repot membawanya kalau harus pindah rumah.
  4. Rawan rusak dimakan rayap.
  5. Mudah robek (kecuali untuk buku dengan kertas khusus seperti boardbook).
  6. Risiko dipinjam dan tidak dikembalikan.
  7. Setelah beberapa tahun, warna kertas akan berubah secara alami menjadi kekuningan atau berbintik-bintik cokelat.

Buku Digital

Keunggulan buku cetak dan buku digital
Buku cetak dan buku digital sama-sama memiliki keunggulan.

Manfaat membaca buku dapat diperoleh dari buku cetak dan buku digital. Namun, apa saja keuntungan dan kerugian dari e-book dibandingkan dengan buku fisik?

Mari kita lihat buku digital dari sisi keunggulan dan kekurangannya.

Keunggulan Buku Digital

Fitur apa yang menjadi kelebihan buku digital yang tidak terdapat pada buku fisik? Nah, berikut ini keunggulan buku digital yang membuatnya banyak dipilih:

  1. Lebih praktis.
  2. Ribuan buku dapat dibawa dalam satu gawai saja.
  3. Ramah lingkungan.
  4. Mudah mencari kata tertentu (memggunakan fitur Search atau Ctrl+F).
  5. Bagian yang penting dapat diberi highlight tanpa merusak buku.
  6. Tidak membutuhkan banyak tempat untuk menyimpan buku.
  7. Tidak akan robek, terlipat, atau dimakan rayap.

Apakah harga murah tidak menjadi keunggulan buku digital?

Harga buku digital ori sering kali sama atau lebih mahal daripada versi cetaknya. Coba deh lihat di gramedia.com. Di web resmi Gramedia itu banyak buku yang tersedia dalam dua versi, cetak dan e-book.

Fyi, buku digital yang asli tidak diperjualbelikan di marketplace dan media sosial seharga pisang goreng atau semangkuk seblak.

Kalau ada yang menjual buku digital dengan harga semurah itu, bisa dipastikan buku-buku tersebut adalah ilegal alias bajakan alias kw alias barang curian dari pemegang hak ciptanya.Foto buku digital bajakan

Kekurangan Buku Digital

Apa kekurangan dari buku digital? Berikut ini beberapa kekurangan buku digital yang perlu diketahui:

  1. Untuk membacanya membutuhkan gawai (ponsel, laptop).
  2. Tidak bisa membaca buku jika baterai gawai habis.
  3. Mata lebih cepat lelah.

Membaca Buku Cetak atau Digital?

Buku digital bajakan
Stop beli buku digital (e-book) bajakan di marketplace. Ini ilegal, Gaes.

Setiap orang memiliki tujuan membaca buku yang bisa jadi berbeda dengan orang lainnya. Tidak masalah mau pilih membaca buku cetak atau digital. Yang penting bukunya ORI, bukan buku bajakan, bukan buku kw (kapan-kapan kita bahas khusus tentang buku bajakan ini, ya).

Buku cetak dan buku digital ada untuk saling melengkapi, untuk memenuhi kebutuhan para pembaca buku. Tinggal kitanya saja nih, mau membaca buku atau tidak.

Kalau sedang butuh membaca buku digital, baca dulu deh artikel tentang Platform Membaca Buku  Digital secara Legal. Khusus buat kamu.

14 komentar

  1. Aku tim baca buku digital. Sejak kenal app Ipusnas dan Ijak langsung kegirangan karena ada banyaaaak ebook (novel) yg menarik di sana. Mulai dari karya NH Dini sampai Enid Blyton. Lebih cepet baca ebook malah. Sejam bisa 100 halaman.

    BalasHapus
  2. Bener banget, sesuai dengan yang aku pikirkan soal kedua jenis bacaan ini. Jujur, kalau aku pribadi urusan buku lebih suka buku fisik, soalnya kalau pakai ponsel, mata sakit heheh

    BalasHapus
  3. Saya suka buku cetak tapi setelah punya anak. Lebih aman pakai digital. Sebab kalo buku fisik rawan disobek-sobek xixixi.. memang kalo buku cetak itu baunya khas banget ya, tapi kalo dah lama baunya nggak enak dan rawan dimakan rayap

    BalasHapus
  4. Ternyata buku digital atau e-book itu sudah ada ya Mbak. Bahkan sebelum saya lahir hahaha. Hanya di Indonesia saja yang baru dikenal.
    Kalau saya, lebih suka buku fisik, Mbak. Apalagi mata saya tak muda lagi. Bau khas kertas juga saya suka. Apalagi kalau buku baru. Buku juga jadi koleksi berharga untuk anak cucu.

    BalasHapus
  5. Daku lebih suka yang buku fisik sih, karena asik buat dibaca lama tanpa khawatir kena radiasi hehe. Walau memang yah buku digital juga seru, karena bisa sat set

    BalasHapus
  6. Betul. Karena ada plus sama minusnya itu jadi saya di keduanya juga tetap membaca. Ya di bukunya yg cetak, ya di gadget yang ebook atau digital
    Yang penting sih menjaga kesehatan dan literasi baca tetap stabil

    BalasHapus
  7. Kalo disuruh milih sih, aku pilih keduanya, hehe.. Walo memang udah gak bisa lama natap layar, tapi praktis kalo baca buku digital. Kalo buku cetak sih lebih seneng aja karena bisa punya fisiknya, bisa buat koleksi, xixi..

    BalasHapus
  8. Kalo aku lebih prefer ke buku digital sih, soalnya ya itu tadi, kepraktisannya jadi gak ribet bawa buku² tebel kemana-mana hehehe

    BalasHapus
  9. saya lebih suka membaca buku cetak karena bisa kapans aja dan dimana saja, terus tidak begitu merusak mata sinar layarnya, dan paling penting saya bisa corat-coret kasih tambahan dengan warna-warni jadi lebih masuk bacanya

    BalasHapus
  10. bau kertas fisik memang secanduuu itu hehe saya biasanya mix, kalau ada buku cetaknya prefer baca lewat buku fisik, tapi kalau gak ada, pakai buku digital juga okee..menyesuaikan dompet dan mata

    BalasHapus
  11. Kerasaaa banget kehilangan sensasi membaca buku fisik sejak semuanya beralih ke digital. Namun iya, sejak ada versi digital, aku jadi tetep update buku terbaru hanya dengan membuka aplikasi. Menghemat biaya dan tenaga untuk gak ke toko buku.

    BalasHapus
  12. Kalaunsekedar dibaca-baca aku lebih prefer cetak, karena sekalian mengasah pikiran. Bisa note yang penting-penting langsung. Kalau ada yang ga dipahami jadi bisa ditandai

    BalasHapus
  13. Kalau aku lebih suka sama buku cetak sih, selain bisa dikoleksi dan dipajang, baca buku cetak tuh lebih nyaman untuk mata dibanding buku digital. Efek punya mata minus kali yaa.. hehe

    BalasHapus
  14. Saya tim yang lebih suka membaca buku cetak, lebih nyaman dan kalau pun mau berhenti dulu it's ok. kalau versi digital suka lebih lelah ke mata, mungkin karena efek umur yang sudah tidak terlalu kuat berhadapan dengan monitor gawai berlama-lama

    BalasHapus

Mohon maaf, komentar dengan link hidup akan saya hapus. Thanks.