Meski sudah harus bisa membaca pada usia dini, fakta menunjukkan sedikit sekali orang Indonesia yang suka membaca buku.
Untuk urusan membaca buku, posisi WIR alias Warga Indonesia Raya berbanding terbalik dengan urusan kecerewetan di media sosial.
Itu bukan hasil terawangan Ada Resensi, lho, tapi memang ada datanya. Let’s see.
Indonesia di Peringkat Dunia
Tahun 2016, UNESCO merilis data tentang minat baca. Dari 61 negara, Indonesia berada di peringkat ke ... 60! Secara persentase hanya 0,001% alias hanya satu seribu orang Indonesia 1 yang suka membaca.Tahun 2022, skor Indonesia dalam hal membaca buku adalah 359. Dengan skor itu, Indonesia berada di urutan ke-70 dari 80 negara.
Lumayan, sih, ada peningkatan dibandingkan tahun 2018, yang hanya di peringkat 72 dari 77 negara.
Evaluasi tersebut dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) yang berada di bawah Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Sesuai namanya, peserta asesmen ini adalah pelajar yang berusia 15 tahun.
Tapi jangan bangga dulu dengan peningkatan itu. Coba kita lihat temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 bahwa orang Indonesia rata-rata membaca 4 sampai 5 buku dalam waktu tiga bulan.
Adanya orang-orang gila baca yang dalam satu bulan bisa tuntas membaca lebih dari 20 buku membantu mengangkat jumlah rata-rata itu.
Ajaibnya, walaupun tak suka membaca buku, orang Indonesia rajin berinternet dan berkomentar di media sosial.
Mengutip dari World Population Review, tahun 2022 ada 204,7 juta pengguna internet di Indonesia. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia di peringkat 4 dunia, di bawah China, India, dan Amerika Serikat.
Penduduk Indonesia ada berapa banyak? Menurut BPS, sih, pada tahun 2022 penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 275 juta jiwa.
Sayang seribu sayang, kemudahan mengakses internet yang tidak diimbangi dengan kesukaan membaca malah jadi seperti bumerang.
Pasti pernah kan menemukan komentar warganet Indonesia yang seperti ini:
- Acaranya jam berapa? (Padahal di flyer sudah tercantum)
- Semoga tidak ada korban jiwa, ya. (Padahal sudah jelas-jelas tertulis ada dua orang meninggal dunia)
Paling hangat adalah banyaknya warganet yang menyerang Dewi Sandra atas kasus korupsi yang dilakukan oleh suami Sandra Dewi.
Sekalangan orang yang kesal dengan warganet seperti itu pun berkomentar, “Indonesia darurat membaca!”
Pengertian Membaca
Masa sekarang, membaca buku tak melulu harus memegang buku yang terdiri atas lembaran kertas dengan aromanya yang khas. Membaca buku juga bisa dilakukan dengan menggunakan media digital.
Sebelum mengulik lebih jauh tentang membaca buku, yuk kita ketahui dulu pengertian membaca menurut para ahli.
1. F. M Hodgson
Dalam buku Learning Modern Languages, Hodgson menyebutkan bahwa membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/bahasa tulis.2. Robert Kolker
Menurut Kolker dalam buku Film, Form, and Culture, membaca adalah sebuah proses komunikasi antara pembaca dan penulis melalui bahasa tulis.3. D. P. Tampubolon
Dalam buku Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, D.P Tampubolon berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses penalaran untuk memahami ide yang terkandung dalam bahasa tertulis.4. Yunus Abidin
Menurut Yunus Abidin dalam buku Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, membaca adalah aktivitas untuk memperoleh informasi yang disampaikan di dalam bahan bacaan.5. Jean Wallace Gillet dan Charles A. Temple
Gillet dan Temple dalam Understanding Reading Problems: Assessment and Instruction berpendapat bahwa membaca adalah memberi makna terhadap bahasa tulis.6. Mary Finocchiaro dan Michael Bonomo
Finocchiaro dan Bonomo dalam The Foreign Language Learner: A Guide for Teachers menyebutkan bahwa membaca adalah proses memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahasa tulis.7. Nelson Goodman
Menurut Goodman dalam Languages of Art, membaca merupakan interaksi antara pembaca dan bahasa yang tertulis.Masih banyak banyak lagi pengertian membaca menurut para ahli. Pada intinya, dalam kegiatan membaca ada unsur-unsur berikut:
- orang yang menulis,
- orang yang membaca,
- pesan dalam bentuk kata-kata tertulis, serta
- memahami ide, pesan, dan makna dalam tulisan.
Semua unsur itu ada dalam kegiatan membaca buku cetak dan membaca buku digital.
Membaca isyarat di matanya dan membaca tanda-tanda alam tidak termasuk di sini lho, ya. Itu sudah beda server.
Jenis-jenis Membaca
Jenis-jenis membaca menurut ahli. |
Ingatkah ketika masih TK atau SD, ketika membaca buku biasanya kita lakukan dengan bersuara? Cara itu membuat orangtua dan guru bisa langsung mengoreksi jika kita salah membaca.
Semakin lancar membaca dan semakin bertambah usia, umumnya kita semakin tak bersuara ketika membaca buku.
Henry Guntur Tarigan membedakan membaca menjadi dua jenis, yaitu:
1. Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah membaca dengan bersuara, seperti yang kita lakukan ketika kecil atau ketika orang tua membacakan buku (read aloud) untuk kita.2. Membaca dalam hati
Membaca dalam hati dilakukan tanpa suara, bahkan tanpa gerakan bibir. Membaca dalam hati ini terbagi atas:- Membaca intensif
Termasuk membaca jenis ini adalah membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. - Membaca ekstensif
Termasuk di sini jenis membaca survei, membaca sepintas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading).
Jenis mana yang kita gunakan ketika membaca buku, tergantung pada tujuan kita. Jadi, kenali juga tujuan kita membaca.
Artikel selanjutnya akan membantu kita memahami tujuan membaca buku agar kegiatan membaca menjadi lebih menyenangkan.
Anak pertama saya anak Gen Z. Seingat saya dia tidak pernah membaca buku fisik. Pegangannya gadget. Rupanya dia sudah terbiasa membaca buku-buku digital. Kalau ada tugas kuliah, cari referensinya pun di jurnal-jurnal ilmiah yang online.
BalasHapusNah si adik, sekarang baru tahap belajar membaca. Sejauh ini media membacanya masih berupa kertas atau buku. Meski demikian, membaca secara online juga sudah bisa. Tentu saja masih jenis membaca nyaring. Entah nih nanti ke depannya, suka buku atau suka e-book.
Wkwkwk, kadang saya sendiri juga kurang cermat membaca. Ngakak juga sih pas tahu Sandra Dewi ikut jadi korban akunnya. Ya, karena nama mereka mirip, cuma dibolak-baliknya aja.
BalasHapuszaman gadget yang terus berkembang saat ini semakin membuat minat baca buku semakin berkurang. btw kalo aku tipe membaca ekstensif, baca sekilas tapi udah bisa nangkep apa yg dibahas hehehe
BalasHapusLoh iya yaaa semakin kita pandai membaca maka semakin tidak ada suaranya. Inget banget dulu waktu kecil pertama kali bisa baca itu kalau sepanjang jalan semua spanduk dibaca nyaring semua dengan bangganya 😂
BalasHapusNggak suka baca tapi rame banget di medsos ya wkwkwk. Kalau aku malah belum pernah komentar di medsos sih 😅
Lumayan ya kak naik 2 poin literasi membaca kita. Meski masih ngenes, jujur sih aku jg lagi males baca2, terutama buku fisik. Aku skrg lagi suka e-book sih. Biar ga penuh2in rak buku. Soalnya aku rajin beli buku, masukin rak, eh sampe bertahun2 blm dibaca. Haha. Pantesan literasi membaca kita masih di tingkat terendah dunia ya kak. Yuk semangat membaca lagi yuk.
BalasHapusAduh miris sekali memang, dan Indonesia sudah darurat membaca. Tapi memang sesuai kenyataan Mbak, anak-anak zaman now tidak suka membaca, tapi lebih suka menonton. Makanya banyak orang salah. Misalnya termakan judul Sebuah artikel saja. Langsung panas membara. Padahal isinya tidak seperti itu.
BalasHapusKadag mau sensi tapi ya sudah sering juga nih menghadapi kemunculan netizen yang menayangkan komentar berupa pertanyaan padahal informasinya sudah tertulis jelas di flyer maupun caption yang ditampilkan. Huhuhu ....
BalasHapusBelakangan tuh berasa banget sih Teh, hype dari 'membudayakan membaca buku' bahkan ada komunitasnya yang ngajakin baca buku bareng di taman-taman kota gitu. Semoga peringkat kita naik terus, perlahan tapi pasti. Aamiin.
membaca itu sebuah kebahagiaan sih menurutku. Membaca merupakan salah satu kegiatan penting dalam kehidupan manusia. Melalui membaca, kita dapat membuka jendela ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
BalasHapusaku tim membaca dalam hati. soalnya kalo bersuara aku justru nggak fokus. kecuali, sekitarku lagi berisik dan aku nggak mudeng2, jadi aku baca bersuara dikit
BalasHapusYa begitulah. Apalagi gempuran video pendek kian ramai. Membaca jadi kayak sebuah beban. Padahal membaca gak harus dg buku membuka lembar dari lembar (tapi saya masih suka ini).
BalasHapusMiris memang kalau berbicara tentang daya literasi masyarakat Indonesia, apalagi gen Z, yang walaupun ada yang membiasakan diri membaca, tetapi masih banyak juga yang belum bisa menangkap pesan dari apa yang telah dibacanya. PR bersama banget ini untuk meningkatkan literasi di Indonesia
BalasHapusAh senangnya dengan tulisan ini dan ya. Meskipun sekarang zaman digital dan banyak juga aplikasi baca buku di gadget, aku masih baca buku yang versi cetak sih. Nuansanya beda, dan kebiasaan untuk bikin catatan di sudut2 halaman buku belum bisa kuhilangkan... hahaha
BalasHapusSOal membaca buku, meskipun sudah tersedia banyak buku digital, aku lebih suka membaca buku fisik. Selain menikmati aroma buku baru pas baru buka kemasan plastiknya, juga bisa menandai hal penting, bahkan membuat ringkasan langsung di halaman.
BalasHapusSelain itu pas banget untuk baca dengan metode schemig dan scanning, karena inget halamannya lebih mudah
Jujur iri banget sama orang tua yang anaknya suka banget membaca soalnya anakku nggak terlalu suka membaca mbak. Dia kalau membaca sukanya dibacain buku dari hape. Semoga saja sih nenti pelan-pelan dia bisa suka membaca buku
BalasHapusSedih sih sama fakta kalau Indonesia tuh minat bacanya masih jauh banget dibandingkan negara-negara lain dan Emang ada kalanya netizen itu beneran darurat membaca sampai Dewi Sandra aja diserang pas ada kasus suaminya Sandra Dewi. Itu keren sih Teh Eno yang bisa baca 3 sampai 4 buku dalam waktu yang nggak terlalu lama. Soalnya aku sendiri cenderung kadang satu buku bisa sampai 3 bulan.
BalasHapus