Berbeda dengan profesi dokter yang membutuhkan pendidikan khusus, siapa pun bisa menjadi penulis.
Kita tidak bisa menjadi dokter jika
tidak berkuliah di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, atau Fakultas
Kedokteran Hewan.
Serajin-rajinnya kuliah di Teknik
Elektro, misalnya, tetap tak bisa menjadi dokter. Jadi doktor bisa, tapi jadi
dokter tetap tidak bisa.
Bagaimana dengan penulis?
Meskipun ada jurusan yang khusus
mempelajari sastra, bahasa, dan jurnalistik, pada kenyataannya siapa pun bisa belajar menulis dan menjadi penulis. Termasuk mereka yang berprofesi sebagai dokter.
Apakah langka dokter yang menjadi
penulis? Khususnya penulis novel dan cerita pendek.
Kalau dokter menulis buku kesehatan,
populer atau text book … ya wayahna. Sudah seharusnya begitu. Nggak
mungkin kan urusan penulisan buku kesehatan diserahkan pada Pesulap Merah?
Sebenarnya bukan hal langka jika
seorang dokter menjadi penulis fiksi. Yaaah, sebagian kita menganggap langka
karena ketidaktahuan saja.
Meskipun tidak langka, cukup bikin
mikir sih. Kok mereka sempet yaaa nulis novel dan kumpulan cerpen? Apa kabar
nih dengan kaum rebahan dan kaum julid yang suka ngepoin hidup orang?
Baca Juga: Travel Writer Indonesia
Dokter yang Sukses Sebagai Penulis
Supaya lebih percaya bahwa dokter
yang menjadi penulis novel bukan hal langka, Ada Resensi mengajak kalian
berkenalan dengan beberapa orang di antaranya. Tidak hanya yang di Indonesia,
tetapi juga di dunia.
1. Sir Arthur Conan Doyle
Novel Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle. |
Sherlock Holmes. Kenal dengan nama
ini? Sherlock Holmes adalah tokoh detektif rekaan karya Sir Arthur Conan Doyle,
seorang dokter lulusan Universitas Edinburgh.
Setelah sempat bekerja sebagai dokter
di kapal penangkap ikan, ia kemudian membuka praktik di Plymouth.
Tak lama di sana, pada Juni 1882 ia
pindah ke Portsmouth dan membuka praktik dokter di Elm Grove, Southsea.
Pasien kan tidak selalu ada, ya. Nah,
ketika sedang tidak ada pasien itulah Sir Arthur Conan Doyle menulis naskah
novel Sherlock Holmes.
Sherlock Holmes pertama kali muncul
dalam novel A Study in Scarlet (tahun 1887). Berturut-turut kemudian
terbit novel The Sign of the Four (189), The Hound of The
Baskervilles (1901), dan The Valley of Fear (1914)
Novel-novel tesebut telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa dan terjual jutaan eksemplar.
Di Indonesia, novel karya Sir Arthur Conan Doyle ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan judul Penelusuran Benang Merah, Empat Pemburu Harta, Anjing Setan, dan Lembah Ketakutan.
2. Michael Crichton
Novel karya Michael Crichton telah diterjemahkan ke banyak bahasa. |
Keterlaluan sekali kalau pecinta
Jurassic Park tidak mengenal nama novelis yang satu ini. Michael Chrichton
adalah pengarang novel Jurrasic Park yang kemudian difilmkan itu.
Iapun menulis banyak novel yang juga
menjadi bestseller internasional. Sebut saja di antaranya The Lost World,
Disclosure, Timeline, Congo, dan Prey.
Novel-novelnya terjual jutaan
eksemplar dan diterbitkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Michael Chrichton adalah dokter
lulusan Harvard, sekaligus peneliti. Selain menulis novel dengan menggunakan
nama asli, ia juga menggunakan nama pena John Lange, Jeffrey Hudson, dan
Michael Douglas (Douglas adalah nama adiknya).
3. Anton Chekhov
Beberapa buku karya Anton Chekhov. |
Anton Chekhov adalah pengarang
sekaligus dokter asal Rusia. Karya-karyanya berupa novel, cerita pendek, dan
naskah drama.
Novel dan buku kumpulan cerpen karya Chekhov telah diterjemahkan ke
banyak bahasa. Yang telah dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia di antaranya
adalah 3 Tahun (Penerbit Bentang Pustaka, penerjemah Sapardi Djoko
Damono) dan Pengakuan (Penerbit KPG).
Anton Chekhov meninggal dunia pada
tahun 1904 setelah tertular TBC dari pasien yang dirawatnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia pun memiliki dokter-dokter
yang juga aktif menulis novel dan cerita pendek. Siapa saja mereka?
1. Mira W
Novel karya Mira W telah dicetak ulang berkali-kali. |
Mira W adalah seorang dokter lulusan
Universitas Trisakti, Jakarta. Novel trilogi Tersuruk dalam Lumpur Cinta, Di
Bahumu Kubagi Dukaku, dan Jangan Biarkan Aku Melangkah Seorang Diri
ditulisnya sepulang menjalani ikatan dinas sebagai dokter di Riau.
Dokter yang juga dosen ini telah
menghasilkan lebih dari 40 novel yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia
Pustaka Utama dan masih terus dicetak ulang.
Beberapa novelnya telah difilmkan,
antara lain Perisai Kasih yang Terkoyak dan Dari Jendela SMP.
Selain menulis novel, Mira W yang
lahir tahun 1950 ini juga aktif menulis cerita pendek.
2. Marga T
Novel-novel karya Marga T menjadi trendsetter pada zamannya. |
Sama seperti Mira W, Tjoa Liang Tjoe
alias Intan Margaretha Harjamulia juga dokter lulusan Universitas Trisakti,
tapi berbeda angkatan. Nama pena yang ia gunakan adalah Marga T.
Novel pertama Marga T ditulisnya
semasa masih kuliah di Fakultas Kedokteran. Novel itu terbit tahun 1973.
Judulnya Karmila. Larisnya bukan main, dicetak ulang berkali-kali, dan
menjadi trendsetter pada masa itu.
Bu dokter ini telah menerbitkan 38
novel. Beberapa di antaranya telah difilmkan, seperti Badai Pasti Berlalu
dan Arini. Selain novel, ia juga menulis cerita pendek dan cerita anak.
3. Nova Riyanti Yusuf
Beberapa buku karya Nova Riyanti Yusuf. |
Penulis kelahiran tahun 1977 ini adalah alumnus FK Universitas Trisakti (dokter umum) dan FKUI (Spesialis Kedokteran Jiwa). Sebagai penulis ia menggunakan nama Nova Riyanti Yusuf dan nama pena NoRiYu.
Dokter yang pernah menjadi anggota DPR RI ini telah menghasilkan 13 buku. Di antaranya novel Mahadewa Mahadewi dan Imipramine yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Ia juga menulis novel adaptasi dari skenario film, salah satunya 30 Hari Mencari Cinta (Penerbit Gagas Media). Belum cukup itu, ia juga menulis skenario film Merah Itu Cinta.
Duh, tolong. Itu cantik, pintar,
kreatif, berbakat kenapa diborong sendiri sih?
4. Hanum Salsabiela Rais
Penulis novel-novel ini adalah pasangan dokter gigi dan dosen. |
Pengarang novel 99 Cahaya di Langit
Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika ini adalah seorang dokter
gigi. Gelar dokter giginya diperoleh dari FKG UGM.
Kedua novel itu sempat menjadi best
seller di Indonesia dan difilmkan oleh Maxima Pictures. Pemeran dalam filmnya
juga bukan sekuter alias selebriti kurang terkenal.
Dalam film, Hanum diperankan oleh Acha
Septriasa dan Rangga diperankan oleh Abimana Aryasatya. Selain itu, ada pula Raline
Shah, Dewi Sandra, dan Marissa Nasution.
Hanum menulis novel-novelnya bersama sang
suami, Rangga Almahendra, yang merupakan seorang dosen di UGM.
Hanum dan Rangga masih terus menulis
novel. Yang terbaru adalah Sangkakala di Langit Andalusia (Penerbit Republika).
Mbak Hanum, nggak minat nulis novel “Pemegang Remote
Langit Loncat Pagar” gitu? Ehk. Maap. Abis novelnya langit-langit melulu nih.
Semakin Banyak Dokter Menulis
Sekarang semakin banyak dokter yang
menulis novel dan cerita pendek, yang kemudian dibukukan dalam buku
kumpulan cerpen.
Entah itu dokter umum, dokter spesialis paru, dokter gigi, dokter anak, dan dokter-dokter lainnya. Kehadiran mereka di dunia penulisan fiksi memberi warna tersendiri.
Siapa tahu nanti ada dokter Indonesia
yang menjadi seperti Michael Crichton: menjadi pengarang novel, penulis
skenario, sutradara, sekaligus produser.
Kalau ada, bolehlah kita berharap
kelak adegan-adegan opname, operasi, UGD, dan sejenisnya di sinetron kita jadi
lebih menghargai logika dan akal sehat.
Cheers,
Dokter yang juga penulis. Penulis yang juga berprofesi sebagai dokter.
BalasHapus