Bijak mengelola keuangan keluarga. Mengucapkannya mudah, nih. Praktiknya?
Iya, mengelola keuangan keluarga secara bijak memang nggak mudah. Tapi juga bukan sesuatu yang mustahil.
Keuangan Freelancer
Sudah 13 tahun
saya bekerja sebagai freelancer. Tepatnya ketika anak bungsu saya masih bayi
gemes.
Bekerja
freelance itu lebih bebas menentukan waktu kerja dan tempat kerja. Penghasilan
juga bebas. Bisa terbang bebas ke mana aja karena banyak duit. Bisa terjun
bebas dan nyungsep kalau lagi sepi kerjaan
Kalau ada suami
berpenghasilan tetap dan mantap, pekerjaan dengan penghasilan nggak jelas itu
tentu nggak masalah.
Tapi karena saya
tak lagi bersuami, pekerjaan freelance itu … ya jangan sampai bikin masalah 😅
Pernah tau
kalimat “the power of kepepet” kan? Nah gitu deh. Karena kepepet, saya mulai
belajar mengelola keuangan. Saya juga belajar melakukan optimasi blog biar ngeblog makin cuan.
Mencari uang dan
mengelolanya supaya cukup secara layak untuk kami bertiga, saya dan kedua anak
saya. Minimal, pas butuh pas
ada deh.
Baca Juga Buku Meditasi Untuk Para Penulis
Belajar Keuangan
Latar belakang
pendidikan saya bukan ekonomi. Dalam kondisi harus bisa mengelola keuangan itu,
saya belajar dari mana pun yang memungkinkan.
Seringnya sih baca dari buku dan tulisan para perencana keuangan yang saya temukan di internet. Juga ikut beberapa acara bincang keuangan di kota saya, Bandung.
Dari situ,
sedikit demi sedikit saya mulai melakukan pembenahan dalam pengelolaan
keuangan.
Salah satunya
memisahkan rekening bank untuk kebutuhan sehari-hari, untuk keperluan jualan,
serta untuk tabungan dan dana cadangan.
Buku Keuangan
Ada banyak buku
tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan yang beredar di pasaran.
Salah satu yang
bisa dibaca adalah buku kuning ini. Pas Butuh Pas Ada.
Belajar mengelola keuangan keluarga secara bijak. |
Data Buku
Judul: Pas Butuh Pas Ada, Bijak Mengelola Keuangan Keluarga
Penulis: Ditto Santoso
Penerbit: KlikPlus dan Rumah Bangga, 2020.
Tebal: xiv + 113 halaman.
ISBN: 978-623-913-09-6-1
Harga: Rp 70.000.
Tidak ada blurb
di sampul belakang buku ini. Bagian belakang dipenuhi dengan testimoni
orang-orang. Dari anggota credit union, pemilik bisnis online, sampai anggota
DPRD Jawa Timur.
Belum cukup itu,
halaman iii sampai vi juga berisi testimoni dari berbagai kalangan.
Layaknya
testimoni, semuanya bernada positif. Beda sama reviewer, apalagi reviewer julid 😀
Oya, Ditto
Santoso yang menulis buku ini adalah seorang pegiat credit union (koperasi
kredit) untuk memberdayakan usaha mikro dan kecil, serta masyarakat umum.
Dengan latar
belakang demikian, tak heran jika credit union kerap disinggung di dalam buku
ini.
Btw, kalau
Teman-teman awam banget tentang credit union ini (seperti saya), ada baiknya membaca
buku ini dari Bab 19, 20, dan 21 dulu. Setelah itu baru ke Bab 1.
Tapi kalau udah
tahu credit union itu apa, monggo membaca runtut dari bab pertama. Oya, buku
ini terdiri atas 23 bab pendek-pendek.
Baca Juga Resensi Siomay Pink
Komunikasi Keuangan
Buku ini dibuka
dengan pembahasan mengenai keluarga. Dari pentingnya perencanaan keuangan keluarga
hingga komunikasi keluarga.
Menurut Ditto (halaman 12), ada tiga hal yang perlu dipertanyakan (dan dibahas) oleh pasangan suami istri dalam hal keuangan keluarga.
- Apakah pasutri saling terbuka dalam masalah keuangan sehari-hari.
- Apakah pasutri memiliki kebiasaan mendiskusikan tujuan keuangan keluarga.
- Apakah pasutri sama-sama mengidentifikasi sumber pemasukan keluarga.
Bahasan ini jadi menarik karena beberapa waktu lalu sebuah twit viral melintas di medsos saya. Tentang gaji suami istri.
Tidak sedikit
laki-laki yang mengatakan memberi uang alakadarnya saja untuk istri agar tidak dihabiskan.
Ada juga yang
mengatakan tak menyebutkan besaran gaji sebenarnya pada istri. Gaji suami
berapa adalah rahasia suami.
Saya sih terus
terang merasa seram ketika membaca komen-komen itu. Lah, kalau besaran gaji saja
dirahasiakan, gimana bisa suami
istri kelola keuangan bersama?
Dalam jangka
panjang, kebiasaan itu bisa mengancam keharmonisan rumah tangga.
Tampaknya hal
tersebut juga menjadi kekhawatiran Ditto. Dalam buku ini berulang kali ia
menekankan pentingnya komunikasi keuangan dalam keluarga.
Komunikasi keuangan dalam keluarga. |
Hasta Brata
Yang menarik,
untuk membahas pengelola keuangan keluarga ini Ditto menggunakan konsep kearifan
lokal, hasta brata.
Pembahasan
mengenai penerapan hasta brata dalam keuangan mengambil porsi paling banyak
dari buku setebal 113 halaman ini. Tepatnya di halaman 16-52.
Apa, sih, hasta
brata itu?
Hasta brata
berarti 8 langkah yang harus dimiliki seorang pemimpin, mengacu pada
unsur-unsur alam.
Kedelapan unsur
itu adalah Bintang, Air, Bumi, Api, Langit, Bulan, Udara, dan Matahari. Emh …
sedikit mengingatkan pada film Avatar, The Legend of Aang ya.
Coba deh “Bintang,
Air, Bumi, Api, Langit, Bulan, Udara, dan Matahari” itu dibaca bersuara.
Terdengar seperti narasi pembuka di film Avatar, kan? :D
- Bintang: Menyimbolkan perencanaan dan penunjuk arah.
- Air: Menyimbolkan kemudahan berinteraksi dan berkomunikasi.
- Bumi: Menyimbolkan konsistensi dan keajekan.
- Api: Menyimbolkan keberanian bersikap tegas dan disiplin.
- Langit: Menyimbolkan kesanggupan untuk berpikir secara luas.
- Bulan: Menyimbolkan kesejukan dan keteduhan.
- Udara: Menyimbolkan keikhlasan, tidak terlihat tetapi memenuhi permukaan Bumi.
- Matahari: Menyimbolkan keteladanan.
Sifat-sifat alam itulah yang diterapkan dalam perencanaan keuangan. Tentang penerapan hasta brata dalam mengelola keuangan keluarga bisa dilihat dalam infografis berikut.
Penerapan hasta brata dalam mengelola keuangan keluarga. |
Keuangan Saat Pandemi
Buku yang terbit
di era pandemi ini juga menyinggung masalah pengelolaan keuangan di masa
pandemi.
Kening lumayan
berkerut nih di halaman 63 tentang gimana keluarga mengantisipasi kondisi
pagebluk ini. Ada 7 poin di sana. Poin
ketiga bikin saya kesel 😀
“Menyisihkan dana darurat. Sisihkan sebagian penghasilan ke dalam pos dana darurat.”
Saya pribadi, di
masa pandemi tak bisa lagi menyisihkan penghasilan ke pos ini. Penyebabnya apa lagi kalau bukan penghasilan yang macet.
Sekadar mengingatkan,
saya freelancer merangkap jastiper. Pandemi membuat penghasilan saya menurun
sekian puluh persen. Jastip online di masa pandemi agak lesu karena orang-orang juga sedang kesulitan keuangan.
Yang ada, justru
dana cadangan terpakai pada masa pandemi ini. Untuk mengisinya lagi … hm …
mesti ada pemasukan dulu nih. Mau ngisi bak mesin cuci aja mesti ada air dulu,
kan?
Tapi itu kan saya. Orang lain mah bisa aja aliran penghasilannya tetap kencang di masa pandemi ini.
Rencanakan dari Sekarang
Mengandalkan pas
butuh pas ada bukanlah sikap bijak. Iya kalau pas ada. Gimana kalau pas butuh
malah pas nggak ada?
Perencanaan keuangan
keluarga mutlak ada. Bukan hanya bagi pasangan suami istri, tetapi juga bagi
orangtua tunggal (single mom atau single dad).
Perencanaan adalah bintang yang akan akan menjadi penunjuk jalan kita. Selanjutnya dikelola dengan bijak untuk mencapai tujuan keuangan keluarga.
Pas butuh pas ada. Gimana kalau pas nggak ada? |
Untuk pemesanan buku Pas Ada Pas Butuh ini silakan hubungi Sales Rumah Bangga https://wa.me/6282110184140
Cheers,
Pandemi begini juga mengajarkan keluarga kami untuk bijak mengelola uang, masih ada yang bisa dimasukin dikit-dikit ke dana darurat, walau gak sebanyak biasanya.
BalasHapusIsi bukunyq bagus banget sangat menggambarkan cara mengelola keuangam secara baik apalagi masa pandemi seperti sekarang yang mengharuskan kita super hemat karena dana daruratpun pasti sudah terpakai harus pintar mencari peluang
BalasHapusWah bener juga ya, banyak dari kita yang berpikiran ntar pas butuh kan pasti ada jalan. Lha kalau malah nggak ada trus gimana yaa... Referensi bagus nih untuk belajar tentang manajemen keuangan keluarga.
BalasHapusSama dong, di masa pandemi ini aku juga nggak bisa lagi menyisihkan penghasilan. 😀
BalasHapusAku juga udah baca buku ini mbak. Keren isinya, banyak belajar masalah keuangan dari si penulis.
BalasHapusMana judulnya sesuai kenyataan sehari-hari ya. Kek "ditampar dompet," rasanya ��
Di masa pandemi seperti ini kondisi serba sulit, kitanya yang harus kreatif mencari solusinya, terutama masalah keuangan keluarga.
BalasHapusPenghasilan saya pun ikutan menurun,
mantap ni buku, komitmen hingga mendaatkan kata pas butuh pas ada ini ternyata sangat butuh pengalaman dan konsistensi.
BalasHapusBuku yang sarat pelajaran berharga dalam mengelola keuangan keluarga ya mbak. Nah kalau suami saja merahasiakan penghasilannya ke istri, bisa-bisa ia juga merahasiakan hal lain. Bukankah keharmonisan itu diperoleh dari keterbukaan dalam sebuah keluarga? Jadi penasaran nih baca buku ini utuh, terutama seni mengelola keuangan di masa pandemi.
BalasHapusBukunya pas banget. Pas butuh pas terbit buku tentang manajemen keuangan. Lah kan kita butuh banget nih mengelola keuangan di masa pandemi. Ada filosofinya ya bukunya...
BalasHapusBagus banget ini ya kak bukunya...penting buat masa pandemi kayak sekarang juga..salah satu yang menarik buatku tentang Hasta brata keuangannya itu lo...
BalasHapusBukunya jadi mengingat juga nih untuk nggak pernah lupa dengan literasi keuangan, apalagi pada masa seperti ini yang harus cerdas mengelolanya
BalasHapusToss Mba Eno... serem ya kl suami sampai merahasiakan besaran gajinya dr istri. Kan jd tanda tanya tuh... emang uangnya mau dikemanain. Resensi yg apik, Mbak... Pas Butuh Ada, itu doa semua orang juga kayanya, hehe
BalasHapusnoted nih 8 unsur alamnya, benar-benar relate banget ya Mbak dengan kehidupan.
BalasHapussemua unsurnya kepakai semua ya.
baca buku ini buat kita jadi terpacu untuk lebih giat lagi untuk berusaha biar gak lengah dan gak mengandalkan Pas Butuh Pas Ada, harusnya selalu ada walau gak dibutuhkan.
wah aku juga baru baca buku ini
BalasHapusdan filosofi hasta bratanya bagus banget sih
salut buat ditto santoso
Keuangan keluarga memang harus didiskusikan, walaupun dipegang suami seutuhnya yg pnting istri tau jumlahnya, gak kekurangan juga nggak merasa suaminya pelit wkk
BalasHapusMemang mengatur keuangan itu enggak bisa dibiarkan mengalir aja ya, harus dikomunikasikan dan direncanakan...
BalasHapusBuat single aja ngatur keuangan itu sulit tapi wajib. Apalagi buat yg rumah tangga. Pos pengeluarannya bakalan jauh lebih banyak dan ruwet.
BalasHapusHappy bgt klo ada buku yang bisa kasih insight lbh ttg cara atur yang. Thx kak
Di masa pandemi ini, gaji cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup aja udah alhamdulillah. Btw baca ini saya baru ngeh tentang konsep hasta brata dalam perencanaan keuangan. Makasih banyak atas sharingnya. Sangat bermanfaat :)
BalasHapusWaaah isi bukunya bagus banget ya Mbak. Jadi penasaran sama isinya.
BalasHapusliterasi keuangan itu emang gampang gampang mudah ya, kadang godaan beli ini beli itu, atau ada pengeluaran mendadak yang menguras tabungan ^_^
BalasHapusPas butuh,, Pas ada
BalasHapusIni satu resep hidup bahagia ya mbak :) makasih loh sharing nya, saya jadi lebih belajar mengenai mengatur keuangan yang serba pas-pas an
Wah hasta brata itu ilmu baru buat aku. Memang kudu jeli sih ya mengelola keuangan apalagi di masa pandemi gini
BalasHapusMerasa tertampar ih dengan kalimat bisa terjun bebas dna nyungsep kalau lagi sepi. Aku banget ya ampun, butuh nih baca dan nerapin ilmu dari buku Pas Butuh Pas Ada. Unik ya ditulisnya pakai konsep hasta brata. Jadi makin penasaran pengin baca sendiri.
BalasHapusNgerasain sendiri juga Mbak sbg freelancer awalan (hiyaaaa) harus bener2 berhati2 karena rawan soalnya nggak tetap. Kl nggak ada perencanaan weess bablasss, nah kubaca buku Pas Butuh Pas Ada ini jg semacam pengingat untukku kl nnti bekeluarga akan lebih kencang lg perencanaannya
BalasHapusRada terjewer sih bacanya. Soalnya saya tipe2 yang meyakini filosofi hidup pas2an.. pas butuh pas ada. Mungkin itu juga yang bikin saya woles meski nggak pernah Punya dana darurat 🙈🙈🙈. Bener2 harus baca bukunya nih.. biar nggak terlalu woles memandang hidup, hehe.
BalasHapusAlhamdulillah.. saya gak pernah sembunyi sembunyi soal uang, uang saya ya uang suami, sekecil apapun yang kita miliki kami selalu berbagi. Buat Mbak.. Semngatt.. :D
BalasHapuswah, udara mengartikan keikhlaskan.. setuju kak :D
BalasHapus