Petualangan Masa Awal
“George, hari
ini kita ke kebun ya.”
“Oke, Anne!
Pasti menyenangkan main di kebun. Apalagi sedang musim buah. Kita panen.
Horeee…!”
“Pasti asyik memakan buah yang baru dipanen sambil minum limun jahe.”
Dua anak
perempuan itu mengayuh sepeda dengan riang gembira. Yang
seorang berambut pendek seperti anak laki-laki. Seorang lagi berambut panjang
sepunggung.
Timmy berlari
dengan penuh semangat di … dalam khayalan mereka. Hehe….
Mereka penggemar
berat serial Lima Sekawan karangan Enid Blyton. Bermacam-macam buku anak karya Enid Blyton
yang lain pun mereka lahap. Serial Komplotan, Pasukan Mau Tahu, Sapta Siaga, Malory
Towers, Si Badung, St. Claire.
Hobi membaca
itulah yang menjadikan mereka sahabat. Kebetulan potongan rambut mereka memang
seperti itu. Jadilah mereka mengidentifikasi diri sebagai George yang tomboy
dan Anne yang girlie.
Si rambut
panjang itu saya. Si tomboy itu Eka, sahabat saya.
Dalam banyak
kesempatan kami berpura-pura berpetualang seperti George dan Anne. Sedangkan Julian
dan Dick … hm mereka belum mendapat libur dari sekolah berasrama mereka.
Waktu berlalu.
Kami bukan lagi anak 10 tahun yang betah berlama-lama di taman bacaan. Bukan lagi dua gadis kecil yang terobsesi pada sekolah berasrama, caravan,
dan petualangan. Kami sudah menjadi ibu-ibu.
Beberapa resensi buku anak di blog ini;
Petualangan Masa Kedua
“Mama Sarah, kenapa
bukunya banyak sekali? Itu semua punya Sarah?”
Pertanyaan itu terlontar dari seorang anak berusia 9 tahun. Selidik punya selidik, di rumah anak-anak itu hanya ada buku pelajaran dan Al-Quran. Sekolah pun tak memiliki perpustakaan yang layak.
Pantas saja mereka
takjub melihat banyaknya buku cerita dan komik berwarna milik Sarah. Apalagi Sarah masih berusia lima tahun.
Membacakan
cerita untuk Sarah menjadi rutinitas menjelang tidur. Itu saya lakukan sejak ia
berusia satu tahun.
Buku kesayangannya kala itu adalah Nana Berpuasa dan Teletubbies Kecil. Pictorial book dengan kertas glossy dan penuh warna.
Dua buku kesayangan semasa balita. |
Di usia satu tahun itu Sarah belum bisa membaca. Baru bergaya membaca. Ketika usianya empat tahun, barulah tertarik belajar membaca. Dan saya, menggambari lantai garasi menggunakan cat.
Di lantai semen
itu saya buat 40 kotak. Masing-masing satu kotak untuk 26 huruf serta angka 1
sampai 10. Empat kotak lagi saya gambari bunga.
“Mama di huruf
E. Kakak di B, yaaa.”
“Ayo kita cari
huruf M!”
“Dari huruf H
loncat satu kotak ke kanan. Sampai di huruf apa yaaa?”
Begitu seterusnya.
Belajar membaca sambil bermain. |
Saya percaya, budaya membaca terbentuk dari kegiatan membaca yang menyenangkan. Proses belajar membacanya pun harus menyenangkan.
Harapan saya,
dalam benaknya tertanam kesan aktivitas membaca
menyenangkan. Bisa membuatnya tertawa, gembira, asyik bermain, serta
berpetualang ke berbagai tempat.
Petualangan pertama kami adalah ke Bukit Teletubbies! Begitu warga kampung
menyebut bukit di dekat tempat tinggal kami.
Rumputnya tak serapi Bukit Teletubbies dalam buku cerita. Malah banyak
pohon jagung, pohon pisang, dan tanaman perdu.
Tapi siapa peduli? Bagi kami, Bukit Teletubbies tetap mengasyikkan. Kami
bisa melihat “awan putih kecil … melayang lewat”.
Sekarang Sarah
bukan lagi balita yang suka berpetualang ke Bukit Teletubbies.
Ia sudah menjadi
pengarang dan mahasiswi Komunikasi di sebuah PTN. Sebelas bukunya terbit di
Grup Penerbit Mizan, 9 di antaranya adalah novel.
Sarah dan sebagian novel karyanya yang diterbitkan oleh Mizan. |
Petualangan Masa Ketiga
Waktu terus
melesat dan tiba di era digital. Ponsel di tangan bisa menjadi sahabat, bisa
menjadi sumber mudharat.
Anak bungsu saya
berada di sini. Belum subur kecintaannya pada buku, dunia digital sudah
memikatnya.
Daripada ribut
memaksanya membaca buku cetak, saya mencoba berkompromi. Manfaatkan gadget untuk menumbuhkan kesukaan membaca.
Kegiatan membaca
menyenangkan tak lagi terbatas pada buku cetak. Membaca
online di ponsel menjadi bagian dari keseharian.
Mengikuti
perkembangan zaman, The Asia Foundation meluncurkan aplikasi Let’s Read. Perpustakaan digital ini menyajikan buku-buku cerita
bergambar (pictorial book) berkualitas tinggi.
Aplikasi Let’s Read diluncurkan pada tahun 2018. Pada tahun 2020 ini keberadaannya seakan menjadi “dewa penyelamat”.
Bagaimana tidak.
Pandemi corona memaksa pemerintah menutup sekolah-sekolah dan fasilitas umum.
Akibatnya, anak-anak pun harus menghabiskan hari-hari mereka di rumah saja.
Untuk anak yang
sudah lebih besar memang lebih banyak alternatif kegiatan. Kegiatan sekolah dan
kuliah online pun sudah membuat mereka sibuk.
Tapi untuk
anak-anak usia balita, TK, hingga SD kelas awal … orangtua perlu ekstra mikir,
ekstra kreatif, ekstra sabar.
Boro-boro bisa
berpetualang ala Lima Sekawan atau berjalan-jalan di bukit seperti Teletubbies.
Keluar rumah saja tidak bisa
Kehabisan buku
bacaan? Duh, di masa pandemi begini, ke toko buku dan perpustakaan bukan hal
mudah.
Let’s Read menjadi alternatif jalan keluarnya. Ratusan picbook bisa dinikmati secara gratis. Bisa diunduh gratis dan dibaca saat sedang tidak terkoneksi dengan internet.
Keunggulan Let's Read. |
Pengarang cerita di Let’s Read nya berasal dari berbagai negara di Asia. Perbedaan latar belakang itu membuat Let’s Read kaya dengan variasi cerita.
Yang paling
seru, satu cerita bisa saja tersaji dalam banyak bahasa! Iya, cerita-cerita
dalam Let’s Read tidak hanya bisa dinikmati dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Anak-anak juga
bisa menikmati cerita yang sama dalam bahasa Sunda, Jawa, Minangkabau, Bali,
Tagalog, Tetum, Arab, dan puluhan bahasa lainnya.
Misalnya cerita Ada Gajah di Rumahku. Cerita ini karya
penulis asal Kamboja bernama Prum Kunthearo. Ilustratornya yang bernama Sin
Thuokna pun berasal dari Kamboja.
Ceritanya
tentang seekor gajah yang masuk ke rumah Botom. Orangtua Botom senang sekali
dengan keberadaan si anak gajah. Mereka bahkan memberinya nama, yaitu Sakor.
Tapi Botom tidak suka! Botom cemburu melihat perhatian orangtuanya pada Sakor
Si Gajah.
Tapi kejadian
demi kejadian selanjutnya membuat Botom berbalik menyayangi Sakor.
Cerita Ada Gajah di Rumahku ini bisa dinikmati
dalam bahasa Indonesia, Inggris, Filipino, serta 8 bahasa lainnya yang tidak
menggunakan huruf latin (makanya saya tidak tahu itu bahasa apa. Hehe….)
Cerita "Ada Gajah di Rumahku" dari Kamboja. |
Di akhir cerita, ada penjelasan tentang upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Kamboja. Juga ada tautan website dan Youtube terkait tema tersebut.
Begitu juga dengan
cerita-cerita lainnya. Semua bermuatan positif, menumbuhkan rasa peduli dan
welas asih pada sesama makhluk hidup dan
lingkungan.
Lakukan Ini Bersama Let’s Read
Bersama Let’s
Read banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Sudah mencoba ini?
Yuk, bersenang-senang bersama Let's Read. |
1. Read aloud.
Membacakan cerita dengan suara nyaring untuk anak-anak.
2. Retelling.
Minta anak untuk menceritakan kembali dengan
pemahaman dan bahasanya sendiri.
3. Mana favoritmu?
Minta anak menunjukkan cerita
favoritnya. Kenapa suka cerita yang itu, ya?
4. Belajar bahasa.
5. Mengenal ekspresi.
6. Belajar menggambar.
7. Rekam!
8. Bermain peran.
Cheers,
Wah keren nih, ada program gini. Secara umum memang membaca adalah gudangnya informasi. semangat membaca guna menambah info
BalasHapusSeru banget ceritanya kak aku jadi ngebayangin ikut dalam cerita apalagi lima sekawan tuh novel favorit bangettt, wah aplikasi lets read menarik bgt ya koleksi bukunya
BalasHapusAplikasi Lets Read ini sangat menarik dan cukup membantu ya mba. Aku jadi kepo dan mau download juga deh.
BalasHapusAkhirnya ketemu juga aplikasi membaca untuk anak plus banyak ilustrasinya pula. Langsung download ah Let's read
BalasHapusBenar sekali ini, Mbak Eno. Kehadiran Lets Read di tengah pandemi ini, bagai air penyejuk di padang tandus. Soalnya anak-anak di rumah saja. mereka kehabisan bahan bacaan. padahal tidak bebas ke toko buku atau perpustakaan.
BalasHapusMau saya unduh juga nih, Mbak Eno.
Keren sih lets read ini. Aku juga pengen download untuk anak-anak di tab. Biar pada demen baca di banding main game terus. Hehe
BalasHapusAku dulu juga suka mbak bacain anak-anak buku sebelum tidur. Dari anak-anak umur setahun kayaknya. Jadi si sulung sampai tengah masih dibacain buku sebelum tidur sampai kelas 4 SD meskipun dah baca sendiri.
BalasHapusSi bungsu ini telat aku kenalin buku meski buku-buku kakaknya jaman kecil buanyaaak. Baru semingguan ini tiap hari dibacain cerita. Baru 4 tahun sih belum bisa baca. Tapi kayaknya ide ajarin baca Mbak Eno lompat lompat huruf bisa dipraktekin ya
wah animasinya keren dan lucu, pasti anak-anak akan semakin suka membaca :D
BalasHapusSenang banget bisa punya aplikasi lets read ya mbak karena bagus untuk si kecil, saya juga download ini dan bacaannya bagus semua.
BalasHapusAku sudah unduh aplikasinya sangat membantu banget untuk menyediakan bacaan yang bermutu bagi anak
BalasHapusDuh klo dah ada anak pasti asik bgtt fam time pake bacain cerita di let's read. Anak bisa lbh enjoy juga baca atau denger ceritanya...ilustrasinya lucu lucuuu
BalasHapusSudah pernah membelikan buku petualangan 5 sekawan buat anak saya tapi malah tidak dibacanya. Sepertinya karena pergeseran budaya baca dia akan lebih senang jika membaca dari aplikasi Let’s Read. Coba ah.
BalasHapusBagus banget sekarang ada bacaan anak berupa aplikasi. Engga ribet harus bawa-bawa buku. Serunya lagi suara si Kecil bisa direkam. Pasti lucu nih, dengerin suara sendiri cerita. Semoga semakin semangat deh quality time sama Mama...
BalasHapusLuar biasa sarahnya teh :) tetehnya juga, ibunya penulis anaknya penulis. Aku baru tahu ada aplikasi ini lets read. Tersedia dalam banyak bahasa ya, wah lengkap, aku nanti mau ngajak keponakan buat belajar di sini ah biar seru. Makasih infonya :)
BalasHapusKeren ya Sarah, Teh Eno. Semoga tambah kreatif setelah jadi mahasiswi. Aku juga suka kok sama aplikasi Let's Read. Gambarnya terutama disukai anak-anak. Cakep-cakep dan gutannya oke banget. Belum lagi multilingualnya itu loh, sulit cari di tempat lain. Semoga Teh Eno atau Sarah nanti bisa nulis untuk Let's Read.
BalasHapusAku jadi iri deh sama anak sekarang, buat baca aja udah dikasih kemudahan lewat aplikasi Let's Read. Aku dulu ga mampu beli buku2, jadi harus ke perpus dulu kalau mau baca. Hehe.
BalasHapusOtw download Let's Read ah.
Cocok banget, buat yang seneng gadget, tinggal kita orang tua, mengarahkan aplikasi apa aja yang bermanfaat. Jadi main hape gak sia sia, gak banyak nge gem aja :D
BalasHapusSaya juga suka 5 Sekawan ini, tapi masih ada beberapa judul nih yang belum saya baca.
BalasHapusKeren banget ya Mbak, Si Sulung udah nelurin banyak banget novel, benar-benar mendarah daging ya minat bacanya.
Saya udah download Let's Read juga,tapi masih jarang banget kepake, masih lebih sering bacain buku langsung.
Keren banget Kak Sarah..Membaca buku makin seru ya dengan Lets Read , meningkatkan imajinasi anak
BalasHapus