Aku suka kaver buku
ini. Ya warnanya, ya ilustrasinya, ya tatapan jutek si Naga.
Yes, betul. Naga
adalah seekor kucing. Kepala keluarga kucing di rumah Cikoneng. Pemuda harapan
bangsa yang sabar menghadapi adik semata wayangnya dan bejibun keponakan.
Dongengan Naga ini
ditulis oleh Dhenok Hastuti, yang oleh Naga disebut sebagai ibu yang tuwak dan
pelupa.
Lalu, apa yang
didongengkan oleh Naga dalam buku ini?
Judul: Dongengan
Naga
Penyunting: Dhenok
Hastuti
Penerbit: 3CoolCats
(self publishing)
Cetakan: 1
Tahun Terbit:
Desember 2018
Tebal: viii + 110
halaman
Dongengan Naga, Si Kucing Cikoneng
Sebenernya, fair
nggak sih kalo aku meresensi buku ini sedangkan posisiku sebagai salah satu
endorsernya?
Ahahah … aneh aja
kali ya. Jadi ini sebenernya bukan resensi, sih. Tapi sekadar ngobrol tentang
buku Dongengan Naga ini.
Emangnya beda?
Ya … anggap aja
beda, deh.
Yang jelas, orang-orang
yang suka copas resensi buku di internet untuk dikumpulkan dan diakui sebagai
tugas mereka, jadi males duluan. Wehehe
… puas banget akutu.
Di buku Dongengan
Naga ini ada 13 cerita. Semuanya diceritakan dari sudut pandang Naga, si kucing
berwarna kuning emas.
Cerita-cerita itu
lepas. Dalam artian bacanya nggak perlu berurutan. Tapi kalo berurutan ya
monggo. Jadi lebih mudah memahami asal mula kedatangan kucing-kucing
penghuni rumah Cikoneng.
Oya, warning aja
nih. Kalo kamu gampang merasa jijik, sebaiknya jangan membaca Dongengan Naga
ini sambil makan.
Bukan apa-apa. Aku
khawatir kamu kehilangan nafsu makan atau malah muntah kalau pas nemu adegan
pup.
Ya namanya juga
kucing ngadongeng tentang kucing. Susah menghindari adanya adegan pup ini.
Aku termasuk yang
nyesel baca buku Dongengan Naga ini sambil makan! Untung nggak sampai muntah. Makanya
aku kasih peringatan ini.
Belajar dari Naga dan Para Kucing
Yang membuatku mau
memberi endors untuk buku ini bukan karena ibunya Naga yang tuwak dan pelupa itu
adalah teman kuliahku. Bukan. Aku sih belum tuwak meskipun kadang lupa naruh
kacamata di mana.
Aku sempat sekitar
satu tahun berteman dengan Aa Naga di Facebook, sampai dia menyeberang ke
jembatan pelangi.
Satu tahun cukup
untuk mengenal sisi-sisi menarik kepala keluarga Cikoneng itu. Yaaa … nggak
perlu lama-lama buat tau sesautu itu menarik atau nggak. Untuk jatuh cinta sama
kamu aja aku nggak butuh waktu lama, kan?
Banyak pelajaran
hidup yang bisa diambil dari Aa Naga dan para kucing lainnya. Tentang tanggung
jawab, kasih sayang, berbagi, keberanian, persaudaraan.
Bagian yang paling
kusuka dari buku ini?
Aku paling suka cerita
pertama, ketika Emak membawa dua anaknya ke sebuah rumah di Cikoneng. Manusia betina
di rumah itu menerima Emak dan kedua anaknya dengan tangan terbuka. Memberi
makan nasi plus ikan tongkol. Sangat lezat setelah sejak pagi hanya makan
tulang ikan tak berdaging dari tempat sampah.
Manusia itu juga
mengajak Emak bicara dan menggendong dua anaknya. Beda dengan kebanyakan
manusia lain yang suka mengusir dengan semena-mena
Tak lama setelah
membawa kedua anaknya ke sana, Emak pergi.
Sesekali Emak masih datang. Tapi lama-kelamaan tak pernah lagi.
Dua anak kucing itu
tetap tinggal di rumah Cikoneng bersama manusia betina yang semakin hari
semakin tuwak dan pelupa. Dua kucing itu
adalah Puma dan Naga.
Rekomendasi
Sebagai endorser,
jelaslah aku merekomendasikan buku ini. Tapi seperti umumnya buku-buku self
publishing, Dongengan Naga nggak dijual di toko buku.
Kalo pengen punya
buku ini, hubungi aja email dhenok.hastuti@gmail.com atau FB Cicin Cicin. Cicin itu kucing centil
sok cantik dari rumah Cikoneng
Tidak ada komentar
Mohon maaf, komentar dengan link hidup akan saya hapus. Thanks.